Ilmu Tanpa Amal.
Oleh: Masykur H
Mansyur
Kaprodi
Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Agama
Islam Universitas Singaperbangsa Karawang
Memang,
harus diakui bahwa salah satu esensi dari ajaran Islam adalah ilmu. Al-Qur’an
merupakan kitab suci yang sarat dengan ilmu dan harus dipahami dengan ilmu.
Bahkan, sejarah membuktikan bahwa dari Alquran keluar puluhan disiplin ilmu,
sebut saja misalnya (ilmu tafsir, ilmu hukum, ilmu waris, ilmu kesehatan, ilmu
gramatika, dsb). Akidah Islam harus diyakini dengan ilmu. Syariat Islam hanya
dapat diamalkan dengan ilmu dan dapat menghasilkan ilmu.
Dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa "Barang siapa menghendaki dunia maka haruslah dengan ilmu, barang siapa menghendaki akhirat
maka ia haruslah dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka haruslah
dengan berilmu." (HR Tirmidzi).
Dalam surat at-Taubah [9:122] Allah
SWT berfirman.
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا
نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ
فِي
ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ
يَحۡذَرُونَ ١٢٢
Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan
kepada kita umat manusia, bahwa harus ada pembagian tugas diantara umat Islam,
ayat ini menginformasikan hanya sebagian saja dari kaum mu’minin yang pergi ke
medan perang, dan sebagian yang lainnya agar tekun menuntut ilmu dan
mengajarkannya. Sebab kalau tidak ada manusia yang mengajarkan ilmu, maka akan
terjadi berbagai kerusakan akibat tidak bermanfaatnya ilmu.
Sejalan dengan ayat tersebut ada
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhri sebagai berikut:
عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِالرَّحْمَنِ
سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَخَطِيبًا يَقُولُ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدِاللَّهُ بِهِ خَيْرًايُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ….. رواه البخاري
Dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin
Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu'awiyyah memberi khutbah untuk kami, dia
berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia
terhadap agama….. . (H.R. Bukhari).
Dalam hadits yang
lain disebutkan bahwa barang siapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu, maka
baginya oleh Allah memudahkannya jalan menuju syurga.. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya
karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan
ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh,
keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan
purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi,
dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang
sangat besar.
Salah satu tanda tidak bermanfaatnya
ilmu seseorang ketika ilmu itu tidak diamalkan dengan sebaik-baiknya.
Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad mengingatkan bahwa ilmu yang tidak
diamalkan hanya akan menjadi bencana bagi pemiliknya. Beliau menukil sebuah
hadits
أشَدُّ
النّاسِ عذابا يوم القيامة عالمٌ لا ينفعه الله بعلمه رواه الطبراني والبيحقي
Sesungguhnya
orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu,
namun Allah SWT tidak menjadikan ilmunya bermanfaat bagi dirinya (H.R.
al-Thabrani dan al-Baihaqi).
Hingga saat ini umat Islam dianjurkan memperdalam
ilmu agama. Menuntut ilmu sangat penting dalam ajaran agama Islam, karena
perbuatan tanpa dilndasi dengan ilmu (agama) maka perbuatan itu akan sia-sia.
Bahkan yang
lebih bahaya lagi menurut beliau bahwa kalau ilmu tidak diamalkan adalah gila
dan amal tanpa ilmu adalah sia-sia, dengan ucapan beliau sebagai berikut;
العِلْمُ
بِلَا عَمَلٍ جُنُونٌ, والعَمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ لايكون .
Ingatlah, ilmu
yang tidak menjauhkan seseorang dari maksiat dan tidak mengantarkan kepada
ketaatan, tidak akan bisa membebaskan manusia dari siksa api neraka jahannam.
Seorang yang
bersungguh-sungguh mencari ilmu, pagi siang dan malam, tetapi dengan tujuan
untuk meraih harta benda, mengejar kesenangan dunia, dan berlomba-lomba saling
mengungguli antar kawan, maka ia termasuk orang yang malang. “Maka
celakalah kamu, dan celakalah kamu! (فويل لك ثم
ويل لك fa-waylun laka tsumma waylun laka!)”
tegas Imam al-Ghazali. Sebaliknya, jika
seorang mencari ilmu diniatkan untuk menghidupkan syariat Nabi Muhammad saw,
mensucikan jiwa, dan menundukkan hawa nafsu, maka ia termasuk manusia
beruntung. “Maka, berbahagialah kamu, dan berbahagialah kamu!” (فطو
بي لك ثم طوب لك fa thuuba laka, tsumma thuuba laka),”
begitu petuah Imam al-Ghazali, “Hiduplah kamu sesuka hatimu, tetapi ingatlah,
kamu pasti akan mati! Cintailah siapa pun yang kamu cintai, tapi ingatlah
kamu pasti akan berpisah dengan dia! Dan berbuatlah kamu sesuka hatimu, tetapi
ingatlah bahwa kamu pasti akan menerima balasan yang setimpal!”
Orang yang
berilmu, tapi tak mengajarkan ilmunya laksana pedang tajam tapi berkarat.
Seperti kata pepatah arab, al-‘Ilmu bilaa ‘amalin kasy-syajarin bilaa
tsamarin artinya ilmu itu kalau tidak diamalkan sama halnya dengan pohon
tanpa berbuah. Dalam hal ini ada baiknya memperhatikan firman Allah dalam
al-Qur’an surah al-Baqarah [2:44]
۞أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ
وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٤٤
44. Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir.
Disamping itu
dalam surah ash-Shaf [61:2-3]
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٢ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ
أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٣
2. Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan
3. Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Berdasarka
ayat tersebut dapat dipahami bahwa ilmu itu harus diamalkan, ilmu yang tidak
diikuti dengan amal tidak berguna bagi kehidupan. Ilmu yang baik seharusnya
bisa membekas ke luar diri individu dan orang lain. ilmu pengetahuan harus
diamalkan dan agama Islam adalah agama, ilmu dan sekaligus amal.
Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar