Selasa, 20 September 2016



Ilmu Tanpa Amal.
Oleh: Masykur H Mansyur
Kaprodi Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang
.

Memang, harus diakui bahwa salah satu esensi dari ajaran Islam adalah ilmu. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sarat dengan ilmu dan harus dipahami dengan ilmu. Bahkan, sejarah membuktikan bahwa dari Alquran keluar puluhan disiplin ilmu, sebut saja misalnya (ilmu tafsir, ilmu hukum, ilmu waris, ilmu kesehatan, ilmu gramatika, dsb). Akidah Islam harus diyakini dengan ilmu. Syariat Islam hanya dapat diamalkan dengan ilmu dan dapat menghasilkan ilmu.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa "Barang siapa menghendaki dunia maka haruslah  dengan ilmu, barang siapa menghendaki akhirat maka ia haruslah dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka haruslah dengan berilmu." (HR Tirmidzi).
           
            Dalam surat at-Taubah [9:122] Allah SWT berfirman.
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ
فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
            Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan kepada kita umat manusia, bahwa harus ada pembagian tugas diantara umat Islam, ayat ini menginformasikan hanya sebagian saja dari kaum mu’minin yang pergi ke medan perang, dan sebagian yang lainnya agar tekun menuntut ilmu dan mengajarkannya. Sebab kalau tidak ada manusia yang mengajarkan ilmu, maka akan terjadi berbagai kerusakan akibat tidak bermanfaatnya ilmu.
            Sejalan dengan ayat tersebut ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhri sebagai berikut:
عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِالرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَخَطِيبًا يَقُولُ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدِاللَّهُ بِهِ خَيْرًايُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ.. رواه البخاري
Dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu'awiyyah memberi khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama….. . (H.R. Bukhari).
            Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa barang siapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu, maka baginya oleh Allah memudahkannya jalan menuju syurga.. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar.

            Salah satu tanda tidak bermanfaatnya ilmu seseorang ketika ilmu itu tidak diamalkan dengan sebaik-baiknya. Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad mengingatkan bahwa ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi bencana bagi pemiliknya. Beliau menukil sebuah hadits
أشَدُّ النّاسِ عذابا يوم القيامة عالمٌ لا ينفعه الله بعلمه رواه الطبراني والبيحقي
Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu, namun Allah SWT tidak menjadikan ilmunya bermanfaat bagi dirinya (H.R. al-Thabrani dan al-Baihaqi).
Hingga saat ini umat Islam dianjurkan memperdalam ilmu agama. Menuntut ilmu sangat penting dalam ajaran agama Islam, karena perbuatan tanpa dilndasi dengan ilmu (agama) maka perbuatan itu akan sia-sia.
Bahkan yang lebih bahaya lagi menurut beliau bahwa kalau ilmu tidak diamalkan adalah gila dan amal tanpa ilmu adalah sia-sia, dengan ucapan beliau sebagai berikut;
العِلْمُ بِلَا عَمَلٍ جُنُونٌ, والعَمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ لايكون .
Ingatlah, ilmu yang tidak menjauhkan seseorang dari maksiat dan tidak mengantarkan kepada ketaatan, tidak akan bisa membebaskan manusia dari siksa api neraka jahannam.
Seorang yang bersungguh-sungguh mencari ilmu, pagi siang dan malam, tetapi dengan tujuan untuk meraih harta benda, mengejar kesenangan dunia, dan berlomba-lomba saling mengungguli antar kawan, maka ia termasuk orang yang malang.  “Maka celakalah kamu, dan celakalah kamu! (فويل لك ثم ويل لك  fa-waylun laka tsumma waylun laka!)” tegas Imam al-Ghazali.  Sebaliknya, jika seorang mencari ilmu diniatkan untuk menghidupkan syariat Nabi Muhammad saw, mensucikan jiwa, dan menundukkan hawa nafsu, maka ia termasuk manusia beruntung. “Maka, berbahagialah kamu, dan berbahagialah kamu!” (فطو بي لك ثم طوب لك  fa thuuba laka, tsumma thuuba laka),”  begitu petuah Imam al-Ghazali, “Hiduplah kamu sesuka hatimu, tetapi ingatlah, kamu pasti akan mati!  Cintailah siapa pun yang kamu cintai, tapi ingatlah kamu pasti akan berpisah dengan dia! Dan berbuatlah kamu sesuka hatimu, tetapi ingatlah bahwa kamu pasti akan menerima balasan yang setimpal!”
Orang yang berilmu, tapi tak mengajarkan ilmunya laksana pedang tajam tapi berkarat. Seperti kata pepatah arab, al-‘Ilmu bilaa ‘amalin kasy-syajarin bilaa tsamarin artinya ilmu itu kalau tidak diamalkan sama halnya dengan pohon tanpa berbuah. Dalam hal ini ada baiknya memperhatikan firman Allah dalam al-Qur’an surah al-Baqarah [2:44]
۞أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٤٤
44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir.
Disamping itu dalam surah ash-Shaf [61:2-3]
 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٢ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٣
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Berdasarka ayat tersebut dapat dipahami bahwa ilmu itu harus diamalkan, ilmu yang tidak diikuti dengan amal tidak berguna bagi kehidupan. Ilmu yang baik seharusnya bisa membekas ke luar diri individu dan orang lain. ilmu pengetahuan harus diamalkan dan agama Islam adalah agama, ilmu dan sekaligus amal.

Wallahu a’lam.

Karawang, 19 September 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar