Selasa, 27 September 2016

CURHAT DIMEDIA SOSIAL_H.MASYKUR_UNSIKA

Karawang, 27 September 2016
Curhat di Media Sosial.
Oleh: Masykur H Mansyur
Fakultas Agama Islam Unsika Karawang
      Dalam menghadapi kehidupan yang semakin kompleks dewasa ini, manusia dihadapkan pada berbagai masalah dan problema kehidupan. Di saat tertentu orang bisa mengalami hidup bahagia, riang gembira dan senang, di saat yang lain pula boleh jadi merasa sumpek, sedih dan pilu. Dan ini adalah jamak terjadi dalam diri pribadi manusia pada umumnya. Menghadapi berbagai persoalan hidup tersebut, banyak cara yang dilakukan untuk mengatasinya. Misalnya, ada yang menyampaikan problemanya pada keluarga, teman atau sahabat, konsultan, dokter, ulama, dan ada juga yang mencari guru spiritual, atau bahkan ada yang pergi ke dukun.
      Dan yang paling tren saat sekarang adalah curhat di media sosial, misalnya televisi, jejaring sosial seperti facebook, twitter, WatsApp dan lain-lain. Teknologi yang semakin marak dewasa ini memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan, bahkan dengan penggunaan teknologi seperti Handphone (HP) misalnya, sudah bisa dikatakan sebagai gaya hidup bagi sebagian remaja kita. Hanya saja penggunaan media teknologi tersebut bisa berdampak positif dan negatif sekaligus. Anak-anak yang jadi korban biasanya karena mereka cenderung masih awam dan anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang begitu tinggi. Anak-anak lebih suka melakukan hal yang baru dan yang sedang tren. Dampak negatif tersebut perlu mendapat perhatian tersendiri bagi anak-anak agar tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan.
     “Bete dan bosan nih, ada yang mau ke mall nggak”, demikian seorang gadis belia memposting keluhannya di dunia maya, saat dia sendirian berada di kamarnya. Kemudian kicauan gadis belia tersebut disambut oleh lelaki ganteng yang tergambar difotonya, dengan ramah menghibur kenalan barunya yang lagi bête tersebut. Cathingpun terus berlanjut dan semakin akrab, lelaki bertanya “kenapa bête” sigadis menjawab “bosan diputusin nih”, kemudian pria ganteng bilang “cowoknya gila! Kamu cantik tahu, “ha ha bisa aja sih, lagi ngapain” celoteh si gadis. “suka film romantis nggak” kata pria tersebut, “ya sukalah” kata sigadis. Pria melanjutkan “kapan-kapan nonton yuk, gila! Kayaknya kita cocok deh ha ha, besok nonton yuk. Sigadis bertanya “bisa ketemu dimana”, gue otw see you kata si pria. Gue juga kata si gadis.
         Ketika janji ketemu tiba, alangkah kagetnya gadis belia tersebut, karena orang yang didapatinya bukan lagi lelaki ganteng seperti pada foto yang diposting pada akunnya. Melainkan lelaki dewasa yang memang bermaksud berbuat jahat pada gadis muda tersebut. Itulah kisah dalam youtube yang berdurasi 1,51 menit dengan judul “Hati-hati di Sosial Media”. Film buatan anak Indonesia ini dijadikan kampanye oleh Yayasan Semai jiwa amini (Sejiwa) bersama Chil Right Coalition (CRC) Asia untuk meluaskan kampanye #safe-web4kids.
        Berawal dari status curhat di media sosial, keselamatan jiwa anak bisa saja terancam. Curhat memang bisa dilakukan oleh banyak orang termasuk para remaja saat ini, akan tetapi mereka tidak menyadari bahaya mengintai mereka dibelakangnya. Kejadian ini bukan lagi hanya cerita dongeng atau cerita film saja, tapi sudah benar-benar terjadi. Sudah ada laporan tentang kejadian dimaksud. Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tulungagung, Jawa Timur menangkap seorang pria beristri yang diduga telah mencabuli seorang siswi SMP. Pelaku mengenal korban melalui pertemanan di jejaring sosial facebook. Pelaku yang diidentifikasi bernama Ka (32 tahun), warga Desa Bumirejo, Kabupaten Way Kanan, Lampung tersebut kini meringkuk di sel tahanan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Polisi menjerat Ka dengan Undang-undang Perlindungan Anak karena berdasar hasil pengakuan korban Bw (14 tahun) yang masih duduk di bangku SMP, mereka sempat berhubungan badan sebanyak satu kali di rumah asal pelaku di Desa Ringinpitu, Kecamatan Kedungwaru. Dari hasil pemeriksaan terhadap pelaku maupun korban diketahui, keduanya berkenalan melalui media sosial facebook. Hubungan keduanya semakin intens setelah korban yang mengaku sedang mengalami masalah dengan keluarga orang tuanya menghubungi Ka yang sedang pulang ke Tulungagung[1].
      Ini semua akibat dari pengaruh negatif dari pergaulan antara manusia yang tidak memperdulikan etika dan moral yang terjadi diantara remaja kita, dengan internet salah satu medianya. A.Qodri Azizy mengatakan bahwa hal tersebut di atas merupaka bagian dari globalisasi. Ada dua hal dalam menghadapi globalisasi yaitu globalisasi sebagai ancaman pada satu sisi dan globalisasi sebagai tantangan pada sisi lain.
a.   Sebagai ancaman.                              
Bahwa alat komunkasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet bisa dikatan sebagai ancaman. Dengan para bola atau internet, kita dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur kita. Kita dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk iklan yang sangat konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala macam film karton dan film-film yang tidak seharusnya dilihat. Kita dapat dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di sinetron….. Toh kita juga harus menyadari bahwa di TV juga tidak sedikit yang menayangkan program-program pengajian, ceramah, diskusi dan berita yang mengandung nilai-nilai positif, bahkan juga agamis. Namun biasanya hal-hal yang seronok, porno, aneh lucu (meskipun dengan hal-hal yang porno), bandel bahkan juga keterlaluan justru lebih berkesan dibandingkan dengan hal-hal yang datar, serius dan penuh nilai etika atau agama.
b. Sebagai tantangan.
     Di pihak lain, jika globalisasi itu memberi pengaruh hal-hal, nilai dan praktek, yang positif, maka seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalami benturan dengan budaya lokal atau nasional, terutama sekali nilai agama. Dengan kata lain, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada di Barat atau bahkan di belahan Negara lain, dapat masuk ke bangsa kita dan dapat pula dipraktekkan ditengah-tengah masyarakat kita, seperti budaya disiplin, kebersihan, tanggung jawab, egalitarianisme, kompetisi, kerja keras, penghargaan terhadap orang lain, terpanggil untuk membantu orang lain yang memang membutuhkan bantuan, demokrasi dan semacamnya. Disinilah seharusnya agama mampu memberi bimbingan ke-arah yang terang itu. Katakanlah meniru Barat yang positif; bagaimana agama mampu menyaring yang baik dapat diikuti dan yang jelek harus dihindari[2].
    Dengan demikian dapat dipahami internet atau alat komunikasi yang lainya mempunyai sifat yang netral, artinya sangat tergantung pada penggunanya. Karena internet merupakan alat dan sifatnya netral, maka, jika digunakan untuk hal-hal yang positif, dengan tujuan yang baik, maka akan menghasilkan hal yang positif dan baik pula. Sebaliknya jika digunakan untuk hal yang negatif dengan tujuan yang tidak baik, maka akan menghasilkan hal yang negatif dan tidak baik pula.
    Disini letak pentingnya, bagaimana kita mampu memberi pendidikan kepada anak-anak kita dan bangsa kita agar ketika mereka mengetahui nilai yang bersifat negatif, mereka menghindarinya, bukan malah menirunya. Kemudian ketika mereka mengetahui nilai-nilai yang positif dan bermanfaat, mereka diharapkan meniru dan mengadopsinya, bukan malah menghindarinya.
   Bagi orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh masyarakat supaya senantiasa mengingatkan anak-anak kita sebagai generasi bangsa, untuk tetap berhati-hati dan selektif memanfaatkan media sosial. Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak berkenalan. Bijaksana dalam menyaring berbagai informasi terutama yang sifatnya negatif. Tanpa bekal dan pendampingan yang tepat dalam memanfaatkan media sosial, anak-anak bisa jadi korban kejahatan seperi pornografi maupun penculikan. Diharapkan kepada orang tua, guru dan tokoh masyarakat memahami perkembangan teknologi, informasi dan telekomunkasi, agar mereka dapat mendampingi anak-anaknya.
 Ketua Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi mengatakan bahwa ada kecenderungan anak-anak remaja mencari perhatian di situs jejaring sosial “facebook” karena tidak mendapatkannya dari orang tua. Karena ada beberapa pengaduan ke Komnas PA yang menunjukkan kecenderungan anak bermain facebook karena kurang perhatian orang tua. Orang tua juga harus melakukan pengawasan, bukan secara otoriter melainkan secara bersahabat saat-saat anak-anak mereka membuka internet dan jejaring sosial. Penggunaan situs jejaring sosial tersebut,  ibarat uang logam yang memiliki dua sisi, bisa berdampak positif maupun berdampak negatif, tergantung mana yang digunakannya. Karena itu, peranan orang tua sangat besar untuk membimbing anak-anaknya dalam memanfaatkan situs jejaring sosial.[3]
 Dalam memaknai kejadian di atas, ada baiknya memperhatikan kisah kesedihan yang dialami Nabi Ya’Kub as, yang kehilangan anaknya yang bernama Yusuf as. Kesedihan ini beliau mengadu kepada Allah SWT bukan kepada yang lain, dalam al-Qur’an surat Yusuf [12:86].
قَالَ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّي وَحُزۡنِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٨٦
Ya´qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya"[4]
       Prof. Hamka dalam menafsirkan ayat ini ialah dia tidak mengeluhkan nasibnya kepada orang lain, sebab orang lain tidak akan dapat melepaskannya dari kesedihan itu. Hanya kepada Allah jua dia memohon dilepaskan dari kesedihan dan kesusahan itu[5].
      Benar saja. Jika seseorang menampakkan dan mengadukan kesedihan serta kesulitan kepada manusia, maka hal itu tidak meringankan kesedihan tersebut. Namun apabila seseorang mengadukan kesedihan itu kepada Allah, itu lah yang akan bermanfaat baginya.




Daftar Pustaka
A. Qodri Azizi, Melawan Globalisasi, Reinterpretasi Ajaran Islam, Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cet. III, 2004, hlm. 23-24.

Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 2006, hlm. 331.

Hamka, Tafsir al-Azhar, Vol. 5, Jakarta: Gema Insani Press, 2015, hlm. 28.

Seto Mulyadi, Antara News, Kak Seto Anak Cari Perhatian di Facebook, 19 Pebruari 2010, di unduh Selasa 27 September 2016, 12:49.

www.Republika.co.id>news>nasional, 9 Pebruari 2016.  Kenal Lewat Facebook, Pria cabuli Siswi SMP,  diunduh Kamis, 22 September 2016 pukul 13.43.





[1] www.Republika.co.id>news>nasional, 9 Pebruari 2016.  Kenal Lewat Facebook, Pria cabuli Siswi SMP,  diunduh Kamis, 22 September 2016 pukul 13.43.
[2] A. Qodri Azizi, Melawan Globalisasi, Reinterpretasi Ajaran Islam, Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cet. III, 2004, hlm. 23-24.
[3] Seto Mulyadi, Antara News, Kak Seto Anak Cari Perhatian di Facebook, 19 Pebruari 2010, di unduh Selasa 27 September 2016, 12:49.
[4] Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 2006, hlm. 331.
[5] Hamka, Tafsir al-Azhar, Vol. 5, Jakarta: Gema Insani Press, 2015, hlm. 28.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar